Dalam sebuah kalimat, bahkan pembahasan kadang kita mendengar kata fisika dan metafisika. Istilah antara fisika dan metafisika sering membingungkan. Mari kita telisik makna dasarnya dari kedua kalimat tersebut, apa perbedaannya, sebab itu cabang ilmu yang sangat berbeda, fisika dianggap hal yang bersifat nyata sedang metafisika dianggap hal yang bersifat gaib, bahkan metafisika digunakan untuk menggambarkan alam dari perspektif dan dengan topik yang berbeda pula.
Walaupun pada saat ini fisika dan metafisika telah jauh Terpisah seakan akan metafisika telah Hilang tergerus zaman , palang tidak Fisika dan metafisika yang mendalam pernah terjalin di masa lalu. Orang Yunani kuno mulai sistematis mempelajari dunia di sekitar mereka dan mengembangkan bidang studi yang sekarang kita sebut sebagai filsafat alam. Ini merupakan upaya awal ketat mempelajari dan memahami alam. Namun, pada masa Yunani kuno (dan budaya kuno lain yang juga memulai versi mereka sendiri tentang filsafat alam) tidak memiliki cukup alat dan wawasan untuk mengembangkan studi mereka untuk “out of the box” dalam mengajukan pertanyaan yang masih kita ajukan sekarang. Selama Renaisans banyak kesimpulan mereka tentang dunia alam berjung pada kekacauan sosial yang besar seperti tentang ide-ide (seperti Bumi yang datar, atau substansi existensi yang hanya empat unsur) telah dipahami sebagai kebenaran mutlak selama berabad-abad . Orang-orang Yunani hanya mampu membangun dasar penyelidikan yang kemudian menjadi fisika dan metafisika.
FISIKA
Fisika adalah studi, pemahaman, dan pengetahuan fisik, terukur pada alam semesta dan alam di sekitar kita. Ini mencakup banyak bidang,penyelidikan dengan metode Dan observasi yang ketat dan Dijelaskan dengan rinci. Pertanyaan pertanyaan yang fundamental fisika seperti misalnya, Apa itu materi? Apa energi? Apa itu waktu? Berapa banyak dimensi yang ada di alam semesta? Berapa banyak alam semesta berada dalam multiverse?
METAFISIKA
Metafisika, dalam Pengertian akademis ,terbagi menjadi duan studi utama yaitu teologi dan ontologi.Teologi adalah studi atas Tuhan. serta agama dan spiritualitas. Ontologi adalah studi tentang “Ke-ada-an sesuatu” dan sifat realitas. Ini adalah pertanyaan besar eksistensi. Mengapa kita ada? Mengapa alam semesta ada? Apakah Tuhan itu atau apakah dewa-dewa yang ada? Apakah ada tujuan atau desain untuk alam semesta?Mengapa aku ada? Apakah aku memiliki tujuan? Metafisika juga lebih sering disebut sebagai studi tentang mitologi dan okultisme – yang beberapa juga mengklasifikasikan sebagai teologi (itu masalah perspektif antara spiritual atau agama). Bahkan dalam hal ini, pertanyaan metafisika terhadap sifat eksistensi, meskipun metode untuk mencari jawabannya berbeda, seperti astrologi, yang telah digantikan oleh metode yang lebih konkret seperti fisika dan astronomi.
Metafisika (Bahasa Yunani: μετά (meta) = “setelah atau di balik”, φύσικα (phúsika) = “hal-hal di alam”) adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan. Penggunaan istilah “metafisika” telah berkembang untuk merujuk pada “hal-hal yang di luar dunia fisik”.
Definisi fisika dan metafisika
Redaksi metafisika pada masa lalu dan masa kini digunakan untuk terminologi yang berbeda dimana secara selintasan akan kami bahas di sini:
Redaksi fisika adalah sebuah disiplin ilmu yang membahas tentang pelbagai fenomena natural materi seperti gerakan, daya, tekanan, panas, cahaya, suara dan elektrik. Pembahasan yang dikaji dalam pelbagai masalah ini adalah selain masalah rangkapan benda-benda; karena rangkapan benda-benda dan pelbagai perubahan yang terjadi padanya hanya dibahas pada ilmu Kimia. Akan tetapi ilmuwan modern, menamai kedua ilmu Fisika dan Kimia ini dalam satu nama sebagai: Ilmu-ilmu Fisika.
Ilmu-ilmu Fisika sebagai lawan ilmu-ilmu Natural dan Biologi yang membahas ihwal eksisten-eksisten hidup. Fisika adalah ilmu yang membahas pelbagai urusan yang berkenaan dengan pelbagai fenomena natural materi. Terminologi ini digunakan sebagai lawan dari fenomena non-material. Karena perkara gaib terkait dengan pelbagai fenomena yang tidak berkenaan dengan domain empirik dan indrawi. Melainkan berkenaan dengan sesuatu yang lebih tinggi dari pelbagai fenomena ini (natural materi).
Demikian juga, istilah ini digunakan sebagai lawan dari ruh; karena masalah-masalah fisika, sebagaimana yang katakan, berkenaan dengan pelbagai fenomena material yang mengikut pada aturan-aturan pasti ilmiah. Akan tetapi masalah-masalah spiritual terkait dengan pelbagai fenomena kejiwaan yang dicirikan sebagai kebebasan.
Demikian juga masalah-masalah fisika sebagai lawan masalah-masalah matematika atau teoritis ; karena masalah-masalah fisika berkaitan dengan benda-benda lahir hakiki, dan matematika atau teori terkait dengan makna-makna non-material.”
Aristoteles adalah orang pertama yang memahami masalah ini dimana ia mentahbiskan bahwa terdapat serangkaian masalah yang tidak terkandung dalam masalah ilmiah baik hal itu masalah natural, matematika, moral atau sosial. Ia menjelaskan bahwa poros masalah sini yang menghimpun pelbagai aksiden dan kondisi pada dirinya adalah maujud qua maujud.” Hanya saja, Aristoteles tidak memberikan nama atas ilmu ini. Namun ketika karya-karyanya dihimpun dalam sebuah ensiklopedia dapat ditilik bahwa pembahasan ini menurut sistematikanya setelah pembahasan fisika (tabiat), namun karena tidak memiliki nama khusus masyhur ia dikenal sebagai metafisika yang transalasi bahasa Arabnya adalah “ma ba’ad al-thabiat.”
Berdasarkan pengaruh zaman, orang-orang telah lupa bahwa penamaan ilmu ini mengikut urutan kejadiannya berada setelah pembahasan tabiat. Demikian menurut anggapan orang. Nama ini yang dilekatkan pada ilmu ini bahwa masalah-masalah ilmu ini atau setidaknya sebagian dari masalah ilmu ini seperti: Tuhan dan akal-akal non-material (mujarrad) berada di luar pembahasan tabiat; karena itu bagi orang-orang seperti Ibnu Sina mengemuka pertanyaan bahwa ilmu semacam ini harus dinamai sebagai ilmu sebelum tabiat (ilmu ma qabla al-tabiat); karena Tuhan dan akal-akal non-material (mujarrad) menurut runutan wujudnya berada sebelum tabiat bukan setelahnya.
Setelah itu, di kalangan sebagian filosof modern kesalahan pengucapan dan terjemahan ini telah berujung pada kesalahan makna. Banyak kelompok di belahan Eropa mengira redaksi ma wara al-thabiat sepadan dengan redaksi “ma ba’da al-thabiat”. Mereka menyangka bahwa subyek ilmu ini adalah perkara-perkara yang berada di balik tabiat. Sementara subyek ilmu ini termasuk ilmu tabiat dan di balik tabiat (beyond) dan dimana saja ada keberadaan. Sekelompok orang ini mendefinisikan metafisika sebagai berikut: “Metafisika adalah sebuah ilmu yang hanya membahas tentang Tuhan dan perkara-perkara non-material.”
Karena itu, untuk memahami dua redaksi ini maka pembagian filsafat (hikmah) harus dijelaskan. “Filsafat terbagi menjadi dua, filsafat teoritis dan filsafat praktis.” Filsafat teoritis yang menyoroti pelbagai hal-hal yang patut diketahui seperti tabiat, matematika dan teologi. Dan tabiat termasuk di dalamnya adalah kosmologi, mineralogi, biologi dan botani.
Demikian juga, matematika terbagi menjadi kalkulasi, rekayasa, musik dan astronomi. Dan teologi juga terbagi menjadi dua. Teologi bermakna lebih umum (al-a’am) pembahasan yang berkenaan dengan asli wujud dan teologi bermakna lebih khusus (al-akhas) yang bertalian dengan masalah mengenal Tuhan dimana himpunan dua pembahasan teologi ini disebut sebagai metafisika.”
Dengan penerangan ini menjadi jelas bahwa yang dimaksud dengan fisika adalah ilmu tabiat (natural) dan yang dimaksud dengan metafisika adalah teologi.
Hubungan antara ilmu fisika dan ilmu metafisika
Sesuai dengan ucapan yang benar bahwa memandang sinonim dua redaksi ma wara al-thabiat dan ma ba’da al-thabiat merupakan kesalahan yang telah dilakukan oleh orang-orang jahil; karena ma ba’da al-thabiat berdasarkan penyebutan nama ilmu ini setelah pembahasan tabiat sebagaimana yang termaktub dalam buku Aristoteles. Dan ma wara al-thabiat berdasarkan adanya kandungan metafisis pada ilmu itu sendiri; karena itu, hubungan antara fisika (tabiat) dan metafisika (ma ba’da al-thabiat) dalam ilmu pengetahuan disebutkan bahwa metafisika memikul beban untuk menetapkan subyek ilmu tabiat. Dan kebanyakan postulat ilmu dapat dibuktikan dalam ilmu ini. Di hadapan ilmu-ilmu lainnya, ilmu ini membantu filsafat dalam menetapkan sebagian premis-premis argumen filosofis.
Hubungan antara alam fisika dan alam metafisika
Di dunia luaran, antara alam fisika dan alam metafisika terjalin hubungan antara bagian dan keseluruhan. Dan hubungan logis keduanya adalah hubungan umum dan khusus mutlak (beririsan, complete inclusion); artinya subyek ilmu fisika adalah sebagian dari subyek metafisika; karena subyek ilmu fisika adalah materi. Dan subyek metafisika adalah mutlak wujud yang mencakup seluruh tabiat (materi) dan juga di balik tabiat (ma warâ al-thabiat).
Hubungan antara fisika dan transfisika
Dalam filsafat Islam, hubungan antara kedua hal ini (hubungan antara tabiat [fisika] dan di balik tabiat [transfisika]) adalah hubungan antara sebab dan akibat; artinya pelbagai eksisten yang berada di balik tabiat merupakan sebab eksistensial alam materi ini. Materi seluruhnya adalah keterbatasan dan keterbatasan ini dengan keluasannnya ini tidak dapat dijumpai pada alam di balik tabiat. Demikian juga hubungan antara materi dan di balik materi adalah hubungan antara hakikat dan non-hakikat.
Disebutkan bahwa Plato dan para pengikutnya mengilustrasikan sistem penciptaan pada alam ide (mutsul). Ia membagi alam menjadi dua, fisika dan metafisika. Alam ma warâ al-thabiat (metafisika) adalah akarnya. Dan alam tabiat adalah bayangan dan siluet alam metafisika. Alam metafisika merupakan alam arbab yang menurut pandangannya adalah mutsul al-amtsal yang berada pada puncak kerucut dan alam benda pada mekanismenya. Penciptaan kerucut ini adalah bentuk yang dapat digambarkan pada sistem penciptaannya, dalam artian bahwa mutsul al-amtsal dan rabb al-arbâb[4], muncul dari esensi sumber pertama (mabda awwal) dan emanasi secara perlahan menyebar dan arbab anwa’ atau amtsal menjadi banyak hingga mencapai alam benda yang menjadi mekanisme kerucut tersebut. Alam mutsul (ide) adalah alam konstan dan alam anwa’ (ragam) jasmani tidak konstan dan berada pada tataran kaun (penciptaan) dan fasad (kehancuran).
BATAS ALAM FISIKA DAN METAFISIKA DALAM SAINS
Oleh : Khairil Pahmi, M.Sc (Dosen tetap DIII Farmasi FIK UNW Mataram)
PENDAHULUAN
Alam fisik merupakan alam yang dapat dicerna oleh panca indra baik dengan bantuan alat maupun tanpa bantuan alat dari ukuran yang paling kecil seperti quark sampai ukuran yang paling besar seperti gabungan-gabungan galaksi. Quark merupakan partikel yang membangun proton dan netron, bagian dari inti atom. Quark tidak pernah sendiri, selalu ada dalam kelompok. Gaya yang mengikat satu quark dengan yang lain semakin kuat ketik jaraknya semakin jauh. Quark yang bebas tidak pernah didapat di alam1. Sedangkan galaksi merupakan sebuah sistem massif yang terikat gaya gravitasi yang terdiri atas bintang (dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain bintang neutron dan lubang hitam), gas dan debu medium antar bintang, dan materi gelap- komponen yang penting tetapi belum banyak difahami2.
Semua hal yang dapat dicerna oleh panca indra baik dengan bantuan alat maupun tanpa bantuan alat di dunia ini merupakan contoh alam fisik, sedangkan contoh alam metafisik adalah alam akherat. Alam dunia merupakan alam yang sangat singkat. Normalnya manusia akhir zaman hidup antara 60-70 tahun. Umur Rasulullah SAW, yakni 63 tahun, sedangkan umur manusia dalam alam akherat yang merupakan alam metafisik, yakni tak terhingga (∞).
Firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an terkait dengan alam akherat, yakni Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal (∞) di dalamnya (QS. Al Mu’minuun : 10-11).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman : Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal (∞) di dalamnya (QS. Al Baqarah : 25).
PERHITUNGAN
Apabila diketahui :
Hidup di dunia (X) = rata-rata 63 tahun (umur Rasulullah SAW)
Hidup di akherat (Y) = ∞ (tak terhingga) tahun.
Maka kita dapat membuat rumusan batas antara alam fisik dan metafisik sebagai berikut :
ó =
ó =
ó = 0
semua angka per tak hingga sama dengan 0.
X = 0×Y = 0 tahun (karena sangat cepatnya hidup di dunia, maka nilainya mendekati 0. Dalam skala interval, angka 0 bernilai sangat kecil).
Y= = tak terdefinisi (kehidupan akherat tidak bisa didefinisikan oleh akal manusia karena kehidupan akherat adalah kehidupan yang ghaib (metafisik) dan hanya diyakini oleh orang-orang yang beriman).
PENJELASAN
Dalam metodologi penelitian, dikenal 4 skala, yakni skala nominal,ordinal, interval, dan rasio. Skala nominal merupakan skala yang paling sederhana dan tidak dapat melakukan operasi matematika. Contoh skala nominal adalah laki-laki- perempuan, hidup –mati, agama : islam, kristen, hindu, budha, konghucu, dll. Skala ordinal merupakan skala yang memiliki tingkatan dan tetap tidak dapat melakukan operasi matematika. Contoh tingkatan dalam pendidikan : SD, SMP, SMA, S1, S2, S3, dll. Skala interval merupakan skala yang tidak memiliki 0 mutlak dan dapat melakukan operasi matematika. Contoh suhu (walaupun suhu 0oC, bukan berarti tidak ada suhu. Ada suhu, tetapi suhunya kecil), IQ, tingkat kepuasan, dll. Skala rasio merupakan skala yang memiliki 0 mutlak dan dapat melakukan operasi matematika. Contoh umur, jumlah, kadar, dll.
Dari perhitungan di atas, nilai alam dunia (x) = 0. Nilai 0 bukan berarti tidak ada kehidupan. Ada kehidupan, tetapi sedikit. Sehingga nilai alam dunia dimasukkan ke dalam skala interval. Semua yang memiliki skala dapat dilogikakan dan termasuk alam fisik.
Dari perhitungan di atas juga diperoleh bahwa, nilai alam akherat (Y) = tidak terdefinisi, artinya alam akherat yang merupakan alam metafisik tidak akan pernah dapat didefinisikan oleh logika manusia. Alam akherat (metafisik) hanya diyakini dalam hati.
Nilai alam akherat bernilai ∞ (tak terhingga), apabila X dibagi dengan angka yang nilainya limit = 0. Dari perhitungan diketahui bahwa X = 63 (itu adalah sebuah angka) yang dibagi dengan Y = ∞ (tak hingga). Karena nilai X sebuah angka dan dibagi Y yang bernilai tak hingga, maka nilainya juga dapat ditulis limit 0, sehingga diperoleh rumusan sebagai berikut.
Y = = ∞ (tak terhingga)
Dengan demikian, alam dunia merupakan alam yang dapat dilogikakan (alam fisik) memiliki nilai 0 yang bermakna sedikit dalam skala interval, sedangkan alam akherat yang merupakan alam metafisik selain nilainya tak terhingga tetapi juga tak terdefinisi oleh logika manusia.
Simpulan dari artikel di atas adalah semua alam fisik dapat dilogikakan oleh akal fikiran sehingga dapat diteliti secara empiris dan semua alam metafisik tidak dapat dilogikakan sehingga hanya dapat diyakini dalam hati.
Referensi :
dari berbagai sumber